Senin, 26 Maret 2018

Arsitektur sebagai Media Penyembuhan Diri


            Penyembuhan merupakan suatu proses yang dapat dilakukan melalui berbagai media, salah satunya melalui arsitektur. Dalam konteks ini, arsitektur memiliki beberapa komponen utama yang dapat dimodifikasi dan dikondisikan sehingga dapat mendukung proses penyembuhan, terutama penyembuhan psikis. Komponen utama dalam arsitektur dapat dibagi menjadi 3 yaitu tapak, eksterior dan interior.
Ketiga komonen ini harus saling mendukung sehingga keberfungsianya dalam penyembuhan ini dapat berjalan maksimal. Ada satu istilah yang saat ini sering digunakan dalam mendeskripsikan proses penyembuhan yang didukung dengan modifikasi lingkungan yaitu healing environment.
Konsep healing environment saat ini sudah banyak dideskrpsikan dan diterapkan oleh para ahli. Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Waworudeng (2015), mengungkapkan bahwa healing environment adalah penyembuhan atau terapi yang memanfaatkan suasana ruang yang memulihkan, baik ruang dalam maupun ruang dan ruang luar. Konsep ini dapat diterapkan pada lingkungan rumah sakit untuk menyeimbangkan intervensi ilmu dan teknologi medik dengan potensi internal pasien.
Jika kita lihat, saat ini rata-rata rumah sakit yang ada di Indonesia masih belum banyak yang menerapkan konsep healing environment. Padahal di luar negeri, konsep ini sudah banyak diterapkan dan menunjukkan hasil yang maksimal. Misalnya, ruang inap dan perawatan anak yang ada di The John Hopkins hospital di desain menarik dengan nuansa yang sangat dekat dengan anak-anak. Dalam bangsal anak-anak ditemukan banyak warna, gambar dan hiasan yang pada umumnya disukai oleh anak-anak. Hal ini dapat mengubah persepsi anak-anak yang takut dengan suasana rumah sakit, dapat mengurangi kecemasan anak dalam proses perawatan hingga membantu anak dalam menjaga stabilitas kondisi psikologisnya selama penyembuhan. Konsep seperti inilah yang seharusnya dapat diterapkan juga di Indonesia.
Kondisi bangsal khusus anak pada kebanyakan rumah sakit di Indonesia saat ini masih disamakan dengan orang dewasa, desain khas rumah sakit. Bahkan masih banyak lagi rumah sakit yang belum membedakan antara bangsal untuk anak-anak dan bangsal untuk orang dewasa. Desain arsitektur rumah sakit sedikit banyak dapat memengaruhi proses penyembuhan. Ada beberapa modifikasi lingkungan melalui desain yang langsung berhubungan terutama dengan dukungan psikis seseorang. Misalnya dalam pewarnaa dan unsur alam. Penerapan dukungan lingkungan terhadap proses penyembuhan ini tidak hanya dapat diterapkan pada rumah sakit saja, namun juga bisa diterapkan pada pusat terapi dan sebagainya.
Menurut Halim, lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses penyembuhan. Hal ini terlihat dalam beberapa penelitian yang banyak dilakukan di Amerika Serikat. Lingkungan yang dalam hal ini merupakan desain rumah sakit atau tempat terapi lainnya yang didesain sedemikian rupa dapat meminimalisir stres pasien. Desain interior maupun eksterior termasuk desain bangunan dapat menstimulasi sisi psikologis pasien untuk tetap optimis terhadap kondisinya. Lebih lanjut, desain ini juga dapat menciptakan perasaan nyaman sehingga beban yang ditanggung pasien terhadap penyakitnya dapat sedikit berkurang.
Solusi yang ditawarkan yaitu dengan melakukan modifikasi desain pada lingkungan penyembuhan yang ada di Indonesia. Sudah selayaknya penyembuhan ditopang dengan berbagai disiplin keilmuan termasuk psikologi. Rumah sakit atau tempat terapi sebagai agen penyembuhan harus mulai menyediakan sebuah desain lingkungan yang sesuai dengan konsep healing environment. Dengan kondisi yang ada di Indonesia saat ini, bila tidak memungkinkan untuk menerapkan konsep tersebut secara menyeluruh, modifikasi pada sebagian kecil lingkungan dapat dilakukan. Selain itu, minimal dengan menyediakan ruangan atau tempat khusus yang sesuai dengan konsep healing environment akan menjadi langkah awal yang baik untuk membantu proses penyembuhan.




REFLEKSI
Merefleksikan apa yang telah saya dapatkan selama perkuliahan Psikologi Lingkungan ini, pada intinya bahwa manusi dan lingkungannya memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat. Ketika dahulu kondisi lingkungan yang lebih berpengaruh kepada kondisi manusianya, saat ini kondisi manusia lah yang rasanya lebih berpengaruh kepada kondisi lingkungan. Terlebih lagi saat ini semakin sedikit manusia yang berperilaku tanpa mempertimbangkan dampak pada lingkungan. Dan hal tersebut menular kepada yang lainnya. Misalnya ketika ada satu orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Saat ini akan lebih banyak orang yang ikut membuang sampah tidak pada tempatnya karena berfikir “dia saja berbuat seperti itu, kenapa saya tidak” dari pada orang yang mengingatkan untuk membuang sampah dengan tertib. Berawal dari hal kecil, lalu ketika banyak orang yang mengikuti maka permasalahan lingkungan akan besar pengaruhnya pada kehidupan manusia. Karena bagaimanapun akhirnya permasalahan lingkungan akan kembali lagi menjadi permasalahan manusia itu sendiri, termasuk menyangkut permasalahan psikologisnya.
Disisi lain, perkuliahan Psiklogi Lingkungan ini juga membuat saya (khususnya) lebih banyak memahami peran psikologi sendiri dalam berbagai bidang kemasyaraktan. Bahwa psikologi dapat dikembangkan untuk membantu lebih banyak orang lagi menghadapi dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang mungkin saat ini belum disadari sebagai suatu “permasalahan”. Padahal sesungguhnya masalah tersebut dapat menimbulkan dampak yang kurang baik jika tidak segera diselesaikan. Dengan adanya pengembangan lebih lanjut pada bidang ilmu dan aplikasi psikologi pada masyarakat, saya rasa peran psikologi akan semakin diakui dalam masyarakat. Dan dengan perlahan, persepsi tentang psikologi akan berubah dalam masyarakat (misalnya bahwa hanya orang “gila” yang datang pada Psikolog dan sebagainya). Saya yakin, Psikologi sedikit demi sedikit akan mennjukkan eksistensinya dalam masyarakat dan membantu untuk menciptakan kondisi kemasyarakatan yang lebih sejahtera dari sebelumnya, tertama dari sisi Psikologisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar