Penyembuhan merupakan suatu proses yang dapat
dilakukan melalui berbagai media, salah satunya melalui arsitektur. Dalam
konteks ini, arsitektur memiliki beberapa komponen utama yang dapat
dimodifikasi dan dikondisikan sehingga dapat mendukung proses penyembuhan,
terutama penyembuhan psikis. Komponen utama dalam arsitektur dapat dibagi
menjadi 3 yaitu tapak, eksterior dan interior.
Ketiga komonen ini harus saling
mendukung sehingga keberfungsianya dalam penyembuhan ini dapat berjalan
maksimal. Ada satu istilah yang saat ini sering digunakan dalam mendeskripsikan
proses penyembuhan yang didukung dengan modifikasi lingkungan yaitu healing
environment.
Konsep healing environment saat ini
sudah banyak dideskrpsikan dan diterapkan oleh para ahli. Menurut Knecht
(2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang
memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien,
keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit
dan rawat inap. Waworudeng (2015), mengungkapkan bahwa healing environment
adalah penyembuhan atau terapi yang memanfaatkan suasana ruang yang memulihkan,
baik ruang dalam maupun ruang dan ruang luar. Konsep ini dapat diterapkan pada
lingkungan rumah sakit untuk menyeimbangkan intervensi ilmu dan teknologi medik
dengan potensi internal pasien.
Jika kita lihat, saat ini rata-rata rumah sakit
yang ada di Indonesia masih belum banyak yang menerapkan konsep healing
environment. Padahal di luar negeri, konsep ini sudah banyak diterapkan dan
menunjukkan hasil yang maksimal. Misalnya, ruang inap dan perawatan anak yang
ada di The John Hopkins hospital di desain menarik dengan nuansa yang sangat
dekat dengan anak-anak. Dalam bangsal anak-anak ditemukan banyak warna, gambar
dan hiasan yang pada umumnya disukai oleh anak-anak. Hal ini dapat mengubah
persepsi anak-anak yang takut dengan suasana rumah sakit, dapat mengurangi
kecemasan anak dalam proses perawatan hingga membantu anak dalam menjaga
stabilitas kondisi psikologisnya selama penyembuhan. Konsep seperti inilah yang
seharusnya dapat diterapkan juga di Indonesia.
Kondisi bangsal khusus anak pada kebanyakan
rumah sakit di Indonesia saat ini masih disamakan dengan orang dewasa, desain
khas rumah sakit. Bahkan masih banyak lagi rumah sakit yang belum membedakan
antara bangsal untuk anak-anak dan bangsal untuk orang dewasa. Desain
arsitektur rumah sakit sedikit banyak dapat memengaruhi proses penyembuhan. Ada
beberapa modifikasi lingkungan melalui desain yang langsung berhubungan
terutama dengan dukungan psikis seseorang. Misalnya dalam pewarnaa dan unsur
alam. Penerapan dukungan lingkungan terhadap proses penyembuhan ini tidak hanya
dapat diterapkan pada rumah sakit saja, namun juga bisa diterapkan pada pusat
terapi dan sebagainya.
Menurut Halim, lingkungan memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam proses penyembuhan. Hal ini terlihat dalam beberapa
penelitian yang banyak dilakukan di Amerika Serikat. Lingkungan yang dalam hal
ini merupakan desain rumah sakit atau tempat terapi lainnya yang didesain
sedemikian rupa dapat meminimalisir stres pasien. Desain interior maupun
eksterior termasuk desain bangunan dapat menstimulasi sisi psikologis pasien
untuk tetap optimis terhadap kondisinya. Lebih lanjut, desain ini juga dapat
menciptakan perasaan nyaman sehingga beban yang ditanggung pasien terhadap
penyakitnya dapat sedikit berkurang.
Solusi yang ditawarkan yaitu dengan melakukan
modifikasi desain pada lingkungan penyembuhan yang ada di Indonesia. Sudah
selayaknya penyembuhan ditopang dengan berbagai disiplin keilmuan termasuk
psikologi. Rumah sakit atau tempat terapi sebagai agen penyembuhan harus mulai
menyediakan sebuah desain lingkungan yang sesuai dengan konsep healing
environment. Dengan kondisi yang ada di Indonesia saat ini, bila tidak
memungkinkan untuk menerapkan konsep tersebut secara menyeluruh, modifikasi
pada sebagian kecil lingkungan dapat dilakukan. Selain itu, minimal dengan
menyediakan ruangan atau tempat khusus yang sesuai dengan konsep healing
environment akan menjadi langkah awal yang baik untuk membantu proses
penyembuhan.
REFLEKSI
Merefleksikan apa yang telah saya dapatkan
selama perkuliahan Psikologi Lingkungan ini, pada intinya bahwa manusi dan
lingkungannya memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat. Ketika dahulu
kondisi lingkungan yang lebih berpengaruh kepada kondisi manusianya, saat ini
kondisi manusia lah yang rasanya lebih berpengaruh kepada kondisi lingkungan.
Terlebih lagi saat ini semakin sedikit manusia yang berperilaku tanpa
mempertimbangkan dampak pada lingkungan. Dan hal tersebut menular kepada yang
lainnya. Misalnya ketika ada satu orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
Saat ini akan lebih banyak orang yang ikut membuang sampah tidak pada tempatnya
karena berfikir “dia saja berbuat seperti itu, kenapa saya tidak” dari pada
orang yang mengingatkan untuk membuang sampah dengan tertib. Berawal dari hal
kecil, lalu ketika banyak orang yang mengikuti maka permasalahan lingkungan
akan besar pengaruhnya pada kehidupan manusia. Karena bagaimanapun akhirnya
permasalahan lingkungan akan kembali lagi menjadi permasalahan manusia itu
sendiri, termasuk menyangkut permasalahan psikologisnya.
Disisi lain, perkuliahan Psiklogi Lingkungan
ini juga membuat saya (khususnya) lebih banyak memahami peran psikologi sendiri
dalam berbagai bidang kemasyaraktan. Bahwa psikologi dapat dikembangkan untuk
membantu lebih banyak orang lagi menghadapi dan menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang mungkin saat ini belum disadari sebagai suatu “permasalahan”.
Padahal sesungguhnya masalah tersebut dapat menimbulkan dampak yang kurang baik
jika tidak segera diselesaikan. Dengan adanya pengembangan lebih lanjut pada
bidang ilmu dan aplikasi psikologi pada masyarakat, saya rasa peran psikologi
akan semakin diakui dalam masyarakat. Dan dengan perlahan, persepsi tentang
psikologi akan berubah dalam masyarakat (misalnya bahwa hanya orang “gila” yang
datang pada Psikolog dan sebagainya). Saya yakin, Psikologi sedikit demi
sedikit akan mennjukkan eksistensinya dalam masyarakat dan membantu untuk
menciptakan kondisi kemasyarakatan yang lebih sejahtera dari sebelumnya,
tertama dari sisi Psikologisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar