Senin, 27 Januari 2014

cerita di tempat baru

  Lantunan ayat Al-qur'an menggema hingga sudut ruangan. Ruangan yang baru bagi Gisell. Baru beberapa jam Gisell tinggal ditempat itu. Gisell yang tak pernah menyangka ia akan terdampar disana setelah kelulusan gemilangnya dari SMA.
Gadis yang cantik jelita itu bahkan tak pernah sedikitpun berfikir tentang tempat yang sekarang didiaminya. Pesantren.
                Saat Adzan magrib bergema satu persatu orang yang ada disana beranjak. Gisell kesepian. Ia tak dapat menahan air mata yang sejak tadi ditahannya. Gisell yang biasanya tak luput dari perhatian merasa perih dengan kesepian yang membuatnya semakin teringat kehidupan sebelumnya, orangtuanya, teman-temannya, juga semua orang disekitarnya.
                "sedang udzur? saya Zahra" ada seseorang yang sekarang menyapa Gisell.
                " iya. saya Gisell". Ia mencoba tersenyum. Dari perkenalan itu Gisell tau banyak hal tentang Pesantren barunya itu. Dan ia bersyukur Allah mengirimkan Zahra untuk menemaninya dipesantren itu. Setelah percakapan hari itupun Gisell menjadi sahabat Zahra, begitupun Zahra menganggap sebaliknya.
                Gisell menjalani  kehidupan barunya dipesantren, bersama Zahra. ia juga sekelas dengan Zahra disekolah Diniah. Dihari pertamanya sekolah Gisell yang sangat peka dengan sekelilingnya itu merasa banyak yang memperhatikannya, hingga ia bertanya pada Zahra apa ada yang salah dengan penampilannya. Zahra hanya tersenyum karena merasa kagum dengan diri Gisell, seperti yang dirasakan oleh teman-temannya. Selama pelajaran berlangsung, Gisell tak dapat fokus dengan pelajaran. Menurutnya, ada seseorang yang selalu memperhatikannya. Ia memang senang mendapat perhatian. Tapi tidak dengan diam-diam.
                Malam harinya sebelum tidur Zahra menyerangkan sebuah amplom hijau kecil. Gisell bingung menerimanya, hingga Zahra berkata, " dari seorang yang pengen kenal kamu. Cepet dibaca, terus dimusnahkan. Jangan sampe' yang lain tau". Gisell mengerti maksut Zahra dan menerima surat tersebut.
                Hari-hari selanjutnya surat serupa datang dan Gisell terus menerima dengan tangan terbuka hingga suatu malam Zahra mengajaknya bicara,
" kamu koq gak pernah bales suratnya sih? dia nanya in tuh". Zahra berbisik. Gisell jujur pada Zahra kalau ia tak pernah membaca surat-surat itu. Dan siapapun yang ingin kenal dengannya, ia ingin orang itu datang langsung padanya. Zahra tak menjawab lagi setelah penjelasan panjang lebar dari Gisell.
               
                Keesokan harinya Gisell dipanggil keruang pengurus. Disana duduk Mifta_seorang pengurus pesantren_, seorang perempuan dan laki-laki yang tak dikenal Gisell. Setelah memperkenalkan Gisell Mifta malah berlalu. Sepeninggal Mifta, perempuan tadi mengenalkan dirinya sebagai Fatimah. Ia juga mengenalkan Fuadi sebagai adiknya. Fatimah mulai bertanya beberapa hal tanpa menjelaskan sebab pemanggilan Gisell keruangan itu beserta penyebabnya. Tapi Gisell tetap menjawab pertanyaan dari Fatimah dengan sopan.
                Diakhir pertemuan itu Fatimah mengatakan suatu hal yang membuat Gisell terkejut,
" sebenarnya kami bertanya beberapa hal tentang mu untuk sekedar mengenal pribadimu, seperti permintaan mu pada orang yang ingin mengenalmu. yang beberapa kali mencoba mengirim surat. Orang itu adalah Fuadi".
terlebih lagi Fuadi menambah kejutannya dengan mengatakan kalau dia ingin perkenalan siang itu tak hanya berhenti sampai disana.
                Ketika pertemuan itu berahir ternyata Gisell belum diperbolehkan kembali kekamarnya. Seorang pengurus yang tadi melakukan sidak menemukan surat-surat dari Fuadi dan menganggapnya sebagai suatu kesalahan. Saat itu terlintas dalam hati Gisell untuk keluar dari pesantren itu. Apapun caranya. Semua petuah pengurus yang dilontarkan padanya tak ada yang dapat menembus hatinya. Ia hanya dapat berfikir satu hal, Pulang. Setelah ia dipersilahkan kembali kekamar, Gisell menghubungi orangtuanya melalui ponsel umum. Meminta orangtuanya sekarang juga datang kepesantren.
***
                Gisell sedang ngobrol bersama Zahra ketika orangtuanya datang. Zahra mohon diri agar Gisell dapat meluapkan kerinduan pada orangtuanya tanpa tau tujuan kedatangan itu. Gisell to the point setelah Zahra meninggalkan mereka. 
                " dulu papa memintaku masu kepesantren ini agar study ku tak terganggu dengan masalah cowok. Tapi disini hal itu malah terjadi Pa,jadi aku ingin Papa keluarin kau dari sini hari ini juga". tuntut Gisell pada orangtuanya setelah menceritakan apa yang menimpanya. Orangtuanya yang sangat sayang pada Gisell tak mau putrinya menderita. Mereka menyetujui permintaan Gisell saat itu juga.
                Ketika orangtuanya mengurus segala sesuatunya dikantor isell menemui Zahra.  Ia minta maaf atas segala yang pernah terjadi antara mereka. Zahra menangis ketika Gisell menyebutkan kepergiannya. Gisell sendiri mencoba untuk tak menangis didepan sahabat barunya.
" maaf juga atas semua salahku Gisell. Percayalah aku telah menyayangimu lebih dari yang kau tau. Selebihnya aku tak akan mudah melupakanmu" Zahra tak tau harus berkata apalagi ketika mengantar Gisell. Tapi dia tau, keberadaan  Gisell yang singkat disini tak akan pernah sia-sia. Lain waktu mereka akan bertemu di takdir yang lebih indah. Zahra mengiringi lambaian tangannya kepada Gisell dengan sebaris do'a, kuatkan dia ya Allah, jagalah dia dimanapun ia berada.aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar